Puisi
Sastra
Hujan dan Kenangan
Kumpulan Puisi Selvi Grasantia
Ilustrasi, pixabay.com |
Hujan dan Kenangan
Jutaan
rintik hujan menyapa semesta
Dan awan
terlupakan begitu saja.
Andai
kenangan itu juga bisa sirna,
singgah
sebentar saja; lalu terlupa.
Jangan
lama-lama,
karena
itu menyiksa
Hujan dengarkan aku,
Jangan biarkan ini menjadi haru.
Bisakah kau redam saja lukaku?
Dan
jangan kau datang bersama kenangan itu.
Musnahkan
piluh juga rindu;
Keduanya
menipu dalam satu waktu.
Berhenti
jebak aku, hujan.
Sebab
rasanya kini aku mulai lunglai dalam durjana.
Aku sudah
habis termakan perih;
Dan kini
rasanya aku benar-benar mati dalam dekap nostalgia.
## ## ## ## ##
Hujan, Cintaku
Dinding
bisu, bantal basah, dan kesedihan yang terlambat kau ketahui;
Ini malam
yang sempurna untuk merayakan duka.
Dan aku
membangun pelaminan sendiri,
dari risalah
malam yang diruntuhkan kenangan,
Dan para
penunggu kesunyian.
Tuliskan aku sebuah puisi;
tentang malam yang tak menyakiti.
Setelah
itu, kau boleh jatuh cinta lagi.
Aku
tak mencintai apapun, aku tak memiliki
yang
paling kucintai, karena aku tak hidup untuk segala yang fana;
Hujan
itu cintaku; seperti dalam sebuah sajak,
Tak lebih
melankolis dari sepotong lagu sendu;
Dan di
sini aku makin tenggelam dalam kubangan kenangan.
Selvi Grasantia
Guru Privat yang Suka Membaca dan Menulis tentang Apa Saja. Tinggal di
Lembor, Manggarai Barat.
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment