Ads Right Header

Rocky Gerung Sangat Mencintai Jokowi

Rocky Gerung dalam Acara Q & A Rocky Gerng, (YouTubeGeolive), dalam www.suara.com

Nama Rocky Gerung tidak asing lagi di panggung politik bangsa. Beliau terkenal dengan sentilan-sentilan manis yang menyakitkan bagi lawan bicaranya. Para pendukung pemerintahan Jokowi Dodo selalu menjadi korban dari lontaran komentar politis oposionalnya. Mereka sepertinya selalu kepanasan, jika Rocky mengomentari “gerakan” politik Presiden Jokowi.

Sementara bagi pihak oposisi, Rocky Gerung menjadi idaman. Komentar-komentarnya selalu ditunggu-tunggu, sebab bukan tidak mungkin, komentarnya selalu memantik emosi pendukung fanatik Jokowi, dan serentak memantik tawa kemenangan oposisi Jokowi.

Baru-baru ini, dalam acara Indonesian Lawyers Club (ILC) Selasa, (3/12/2019), pria signel ini melontarkan komentar perihal kedangkalan Jokowi sebagai Presiden dalam memahami Pancasila. Acara ini sepertinya menjadi panggung paling fenomenal nan strategis baginya untuk mengumbar kata, serentak memantik kegeraman pihak di seberangnya.

Dalam acara itu, dengan gayanya yang santai, bekas dosen UI ini menyampaikan bahwa Jokowi Dodo tidak paham Pancasila. Tesisnya itu didukung dengan arugemntasi filosofis yang membuat para akademisi muda (mahasiswa) kebaperan.

"Polisi Pancasila atau presiden juga enggak ngerti Pancasila kan, dia hapal tapi enggak paham. Kalau dia paham, dia enggak berutang, kalau dia paham, dia enggak naikin BPJS. Kalau dia paham, dia enggak langgar undang-undang lingkungan," ujar Rocky Gerung ketika itu di ILC (tempo.co).

Bukan Rocky namanya, jika tidak menghadirkan pernyataan kontroversial. Kata-kata kritikannya bag sembilu. Menyanyat hati, serentak meninggalkan luka tak berdarah bagi lawan debatnya.  

Junimart Girsang, Politisi PDIP yang juga hadir dalam acara ILC itu menjadi korban dari sembilu sentilan Rocky tersebut di atas. Junimart langsung berang, sehingga sontak beliau mengatakan secara terang benderang di depan peserta diskusi ILC itu, bahwa akan melaporkan Rocky.

"Saya akan melaporkan Pak Gerung karena sudah menghina simbol negara pada malam ini," ucap anggota Komisi Hukum DPR tersebut di ILC, (tempo.co). Sontak saja, Rocky mersepon dengan sinisme yang juga tentunya membuat para pendukung Jokowi lebih kepanasan.

Kepada Tempo, pada Rabu (4/12/2019) Rocky Gerung menilai pernyataannya tak menghina Presiden Jokowi. Beliau berdalih hanya menyebut bahwa Presiden tak mengerti Pancasila. Baginya, pernyataannya itu cerminan kebebasan berpendapat yang mesti dijamin bagi setiap warga negara.

Penulis yang adalah pendukung Jokowi (tetapi tidak fanatik) sepertinya tak luput dari sayatan pisau filosofis kritis Rocky Gerung. Penulis sempat sakit hati dengan pernyataan Rocky dalam acara yang digawangi oleh Karni Ilias itu. Bukan hanya sakit hati, sempat juga menuduh Rocky (walau hanya dalam hati) sebagai rakyat yang tidak santun. Namun, penulis tidak seperti pendukung Jokowi lainnya yang membaca pernyataan-pernyataan Rocky semata-mata dengan kaca mata negatif. Penulis coba melihat posisi Rocky secara positif.

Komentar-komentar pedas Rocky Gerung kepada pemerintahan Jokowi, bahkan kepada Jokowi secara personal, serentak mengarahkan memori penulis pada fenomena suporter sepak bola.

Komentar para suporter pada klub sepak bola kesanyangannya sangat beragam. Ada yang memuja sekaligus ada yang menghina para pemain dan pelatih pada klub kesanyangannya. Jika klub kesanyangnya menang dalam sebuah pertandingan, maka para suporter menyanjung para pemain dengan komentar positif. Jika sebaliknya, maka para pemain menjadi sasaran empuk komentar pedas para suporter.

Saat sedang nonton juga misalnya, para penonton atau suporter tidak mau duduk tenang dan menikmati pertandingan tanpa suara. Mereka selalu saja berkomentar. Saat Egy Maulana men-drible bola, pasti saja ada penonton/suporter yang berkomentar, “oper ke sayap kanan!” atau “tembak langsung!”. Jika ada pemain yang tidak bisa men-drible bola dengan baik, dan mudah di kendalikan oleh pemain lawan, maka sontak para suporter berkomentar negatif. “Jangan terlalu gaya!”, atau “main tidak becus, ganti saja dia!”.

Nah, para suporter ini tidak mengalami secara langsung bagaimana susahnya men-dribie bola di hadapan gempuran lawan. Bagaimana susahnya menyelamatkan gawang agar tidak kebobolan. Atau bagaimana lelahnya berjuang untuk menang. Para penonton tidak tahu itu. Para penonton hanya menginginkan kemenangan, dan para pemain mesti men-drible bola dengan baik. Para penonton itu belum tentu bisa bermain sepak bola seperti para pemain yang dihujatnya.

Kita kembali ke Bung Rocky. Saya melihat Bung Rocky itu seperti para suporter sepak bola yang pandai berkomentar. Suporter yang paling vokal dan konsisten dalam berkomentar. Penulis belum terlalu yakin, jika dia mendapat jabatan seperti Jokowi, dia bisa mengimplementasikan semua yang dianjurkannya kepada Jokowi. Atau, dia belum tentu bisa mengemban tugas yang dijalankan Jokowi, sasaran empuk komentarnya.

Nah, pada titik ini penulis menilai, komentar-komentar pedas Rocky kepada Jokowi sejatinya tidak direspon secara emosional dan dangkal. Apalagi mau melaporkan beliau. Diakan hanyalah seorang komentator. Beliau itu bukan pemain. Koalisi pemerintahan mesti mengerti itu.

Sejatinya, pemerintah merespon sentilan pedis Rocky secara positif-rasional. Artinya, Jokowi atau koalisi Jokowi mesti menjadikan substansi kritikannya sebagai lecutan untuk bekerja baik, sesuai amanah rakyat. Celotehan Rocky juga sejatinya dilihat sebagai awasan atau rambu-rambu bagi pergerakan pemerintahan Jokowi.

Rocky adalah representasi rakyat demokratis yang sesungguhnya. Beliau benar-benar menggunakan dan mengaktifkan kedaulatannya secara positif. Dia menggunakan kedaulatannya sebagai oposisi. Beliau benar-benar mencintai negeri ini dengan komentar-komentarnya.

Nah, jika kita membaca komentar-komentar Rocky terhadap pemerintahan Jokowi dengan kaca mata positif-rasional, maka adalah tidak seharusnya melaporkan beliau karena ucapan-ucapannya di ILC itu. Rocky itu sebenarnya mencintai Presiden Jokowi. Sebab, dia selalu mengingatkan dan mengawasi Jokowi dengan komentar-komentar centilnya. Beliau bagi penulis sedang memasang badan untuk melindungi Jokowi, agar Presiden RI ke-7 itu tidak bertapak pada jalan yang salah.*


Yulius R. Hariatno
 
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel