Ads Right Header

Kumpulan Puisi Juan Situmorang*


pixabay.com

Balada Para Peminta

Suatu yang sederhana kuminta
Murah
Bahkan tanpa harga
Tapi terpandang bagai mantra
Kata-kata tanpa makna
Nyatanya penuh makna

Inilah budaya yang punah
Ditelan masa perubah
Masa baru penuh huru-hara
Di mana gaduh memecah suasana
Tak sedetikpun tersisa
Untuk kami para peminta
Hening yang langka


Angan Budak


Lama berpacul menyangkal raga
Perih melangkah menyayat darah
Memecah rantai sabar belenggu amarah
Hingga raga mengamuk membabi buta
Sayang belati kuasa segera bergerak melilit nyawa
Jinakkan amarah, kucilkan jiwa

Memberi sejenak hening seretkan logika jauhi nyata
Selami suka masa-masa cinta
Hingga tetes peluh menggaris wajah
Gambar desah sesal jiwa bersalah
Yang berharap sayap kembali merentang perkasa
Tapi tak lama hentak gagah merenggut angan cela

Menarik balik roh menghadap realita
Memberi sadar,sayap ini tercela


Dendam Alam

Gempur tanah mengamuk parah
Runtuhkan kaki pencakar cakrawala
Sisa gunduk puing menggores ratap dendam jiwa
Menebar debu-debu alam

Reuni kebencian cakrawala menggelegar gelarlah petir
Merobek langit menghujam tanah
Memeras air tanda duka alam
Tersapu bersihlah debu sebab kita

Reda amuk alam, tampakan sang surya 
Meludah cahaya, soroti ratap tangis kita
Panasnya menyinggung kotornya ironi kita


*Juan Situmorang, pelajar kelas XI IPA pada SMA Seminari Petrus van Diepen, Aimas, Sorong-Papua Barat.  
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel