Religi
Komunikasi: Kunci Merawat Cinta
Foto dari www.pixabay.com |
ARGUMENTASI - "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18)
Sabda ini setidaknya menjadi dasar bagi manusia untuk hidup berpasang-pasangan. Bahwasannya, sangat tidak baik jika manusia hidup seorang diri. Artinya, manusia akan diterpa sepi, jika dia sendiri. Ini bukan berarti, hidup selibat, pilihan biarawan-biarawati tidak baik. Sabda ini mau menekankan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial. Biarawan-biarawati memilih hidup selibat bukan berarti menanggalkan eksistensi sebagai makhluk sosial. Selibat dipersembahkan untuk meningkatkan kadar pelayanan sosial itu. Baiklah, kita coba tinggalkan refleksi sosial secara umum dari Sabda di atas. Kita coba masuk dalam kehidupan sosial antar-pasangan.
Relasi Adam dan Hawa, sepertinya merupakan relasi yang direstui oleh Allah, bukan karena inisiatif atau usaha Adam. Cinta mereka tumbuh dalam susana yang diciptakan Allah. Cinta mereka tumbuh begitu subur di tengah taman Eden. Namun, cinta di taman Eden itu hilang setelah mereka jatuh dalam dosa. Mereka keluar dari taman Eden menuju ke kegersangan hidup. Kedosaan yang membawa mereka ke padang gersang itu berawal dari matinya komunikasi antar-keduanya. Hawa tidak membangun komunikasi terbuka dengan Adam, sebelum mengambil keputusan memakan buah terlarang. Kamatian komunikasi antar keduanya berakibat pada kehilangan taman Eden.
Situasi gersang, kehilangan taman Eden ini nampak jelas juga dalam kehidupan pasangan saat ini. Entah pasangan yang sudah menikah atau pasangan yang belum nikah (pacaran). Fakta kegersangan itu ditampilkan begitu meriah pada panggung kehidupan keluarga dan sosial. Ada pasangan yang sudah menikah bercerai. Kekerasan semakin menjadi banal di dalam rumah tangga dan antar-pasangan yang masih berpacaran. Penyebabnya bisa jadi karena hal-hal sepele, seperti tidak ada uang untuk beli garam atau cemburu karena pasangan menelpon orang lain.
Sebagai manusia, kita tentu mengharapkan keharmonisan cinta dengan pasangan. Semua pasangan niscaya punya kerinduan untuk mengalami situasi taman Eden. Kita berusaha untuk menghindari situasi kegersangan sebagaimana yang dialami oleh manusia pertama. Setiap pasangan tentu mengharapkan cinta itu terus tumbuh dan mengikat.
Agar relasi cinta dan keutuhan kasih tetap terjaga, sangat perlu untuk menanggalkan sikap saling curiga. Teolog Jerman yang mengabdi di STFK Ledalero, George Kirchberger mengatakan “manusia pertama, Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, karena mereka curiga terhadap Allah.” Mereka curiga karena Allah menutup alasan mengapa mereka dilarang makan buah terlarang. Demikan dalam hubungan, cinta akan hancur dan relasi akan retak jika saling curiga.
Agar tidak saling curiga, maka setiap pasangan mesti lihai dalam membangun komunikasi. Bahwasannya, komunikasi bisa menjadi penghancur sikap saling curiga. Komunikasi itu sangat penting dalam kehidupan setiap pasangan, selain untuk menepis sikap saling curiga, juga untuk merawat dan mengawetkan cinta. Komunikasi yang dimaksud, bukan hanya soal saling tukar cerita, tetapi soal bagaimana komunikasi itu menumbuhkan rasa saling membutuhkan dan menghargai. Komunikasi yang tidak hanya sebatas “bercerita atau berbicara” akan memungkinkan mengawetkan rasa sayang dan cinta pada pasangan.
Sebagaimana dikutip dari Katolik Life Edisi April 2019, ada 6 cara merawat cinta dan menjaga pasangan melalui komunikasi. Pertama, jangan saling menuduh. Jika Anda memiliki masalah, maka jangan sekali-kali menuduh pasangan Anda. Hendaknya, Anda tidak mengucapkan kata-kata seperti, “kamu membuatku….” Atau, “karena kamu, saya….” Sebaiknya, awalilah dengan kalimat, “saya marah ketika….” Pasangan kita akan merasa disudutkan jika kita menuduh atau menyalahkannya.
Kedua, berikan kesempatan bicara kepada pasangan Anda, dan dengarkan dia. Setelah Anda menyuarakan apa yang mengganggu Anda, maka pastikan untuk mendengar penjelasannya. Jangan pernah cela penjelasannya. Tetapi sebaliknya, berikan dia kesempatan berbicara, dan dengarkan saat dia berbicara atau memberikan alasan atas suatu persoalan. Kemudian tanggaplah dengan suara teduh, bukan dengan suara bentakan atau nada tinggi. Jika Anda tidak mendengarkan pasangan Anda, maka dia akan merasa tidak dihargai, dan lagi-lagi dia merasa disudutkan. Kemudian, dia akan merasa tidak nyaman dengan Anda.
Ketiga, jangan hanya bangun komunikasi verbal. Jangan hanya bangun komunikasi verbal untuk menjaga keharmonisan dan keintiman relasi dengan pasangan. Berikan sentuhan hangat pada pasangan. Bukan hanya sentuhan dengan cara seksual, tetapi dengan hal seperti mencium kening, pipi atau tangannya sebelum berangkat kerja atau sebelum tidur, atau saat waktu luang. Komunikasi tanpa kata-kata ini akan membuat pasangan merasa disayang dan dihargai. Dia akan merasa sangat kehilangan jika rutinitas komunikasi non-verbal tidak dilakukan dalam sehari. Di sini, pasangan Anda akan merasa betapa besar arti kehadiran Anda dalam hidupnya.
Keempat, tetap terbuka. Keterbukaan juga merupakan kunci utama merawat cinta dan menjaga pasangan tetap nyaman. Segala persoalan atau hal-hal lain yang menimpa Anda, mesti diceritakan secara terbuka kepada pasangan. Jangan menutupnya. Ingat, jangan sembunyikan rahasia dari pasangan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Michael Slepian di Columbia Unversity, disimpulkan bahwa orang yang menyimpan banyak rahasia lebih merasa terbebani dibandingkan dengan yang tidak. Rahasia berpotensi meruntuhkan kepercayaan. Sementara kepercayaan menjadi salah satu kunci dalam menjaga relasi dengan pacar atau pasangan (antar suami-istri). Karena itu, luangkan waktu santai untuk saling berkomunikasi terbuka.
Kelima, pujilah pasangan Anda. Komunikasi dengan pasangan bukan hanya membicarakan tentang keluhan dan persoalan. Tetapi, ciptakan materi kominikasi lain yang memberikan kebahagiaan kepada pasangan Anda. Salah satunya, berilah pujian pada pasangan Anda. Ungkapkan dan akui apa yang sudah pasangan Anda lakukan pada Anda. Walau sederhana, tetapi ucapkan terimakasih kepada pasangan Anda. Akui bahwa betapa bahagianya Anda memiliki dia.
“Demikian catatan seorang pengamat”
Rudi Haryatno
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment