Ads Right Header

Pesta Demokrasi SMP Seminari Petrus van Diepen

Noventus Tawer dan Rikardo Hae, Ketua OSIS (Kanan) dan Wakil OSIS SMP Seminari Petrus van Diepen Terpilih untuk Periode 2020, Sedang Melambaikan Tangan Kepada Para Pendukungnya, di Halaman Tengah Sekolah, Selasa (10/12/2019).

SMP Seminari Petrus van Diepen mengadakan pemilihan OSIS periode 2020-2021, Selasa (10/12/2019). Ada empat kandidat OSIS yang bertarung dalam pemilihan ini. Keempatnya mempunyai nama paket tersendiri yang unik-unik, seperti Kalajengking, Naga, Cendrawasih, dan Banteng. 

Pemilihan OSIS di SMP Seminari Petrus van Diepen (SPvD) dilakukan berdasarkan asas demokratis. Jika, dalam dunia politik praktis legislatif dan eksekutif, demokrasi dipahami sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat; maka dalam politik SMP SPvD, demokrasi dipahami sebagai oleh “OSIS dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa”.

Mulai dari penentuan calon hingga penentuan ketua OSIS, para siswa dilibatkan. Dan mereka terlibat aktif. Dalam menentukan calon misalnya, setiap kelas (khusus kelas VIII) diperkenankan untuk menentukan calon. Setiap kelas dari kelas VIII menyodorkan dua nama calon. 

Dewan guru menyeleksi para calon yang disosdorkan. Para kandidat diseleksi dengan metode falsifikasi. Calon yang pernah melakukan pelanggaran atau tindakkan indisipliner akan dicoret. Tidak lolos seleksi. Di sini dewan guru bertindak sebagai KPU dan sekaligus Banwas. 

Setelah melewati seleksi ketat, para kandidat kemudian diumumkan tiga hari sebelum pemilihan berlangsung. Dalam waktu tiga hari sebelum pemilihan, para kandidat diberikan kesempatan untuk menyusun visi-misi. Penyusunan visi-misi ini dibantu oleh para tim sukses tiap calon. Ketua tim suskses biasanya dari kelas IX, pengurus lama.

Visi-misi yang sudah dirumuskan, kemudian dipajangkan pada hall sekolah, di tempat para siswa biasa nongkrong saat istrahat. Yah, jika para calon legislatif dan calon kepala daerah mewartakan wajah dan visi-misi pada tempat-tempat ramai atau tikungan jalan, maka para calon ketua OSIS SMP SPvD hanya mempublikasikan visi-misi dan nama. Sebab, bagi kami visi-misi yang berkualitas dan realistis mempunyai daya tarik bagi pemilih. Bukan tampang. Karena itu, wajah tidak penting dipajangkan.

Proses pemilihan OSIS SMP yang terletak di Aimas, Kabupaten Sorong-Papua Barat ini melalui tahapan seperti dalam pemilihan kepala daerah atau DPR. Mulai dari seleksi para calon, kampanye, dan pemilihan. Bedanya, kandidat OSIS tidak melakukan aksi penyelewengan, seperti money politik dan black campaign (isu SARA). Di sini, peserta didik dilatih untuk berkomptisis secara fair dan berkualitas. Dewan Guru SMP SPvD sedang memberikan pelajaran demokrasi kepada peserta didiknya.

Proses pembelajaran politik demokratis itu sangat menyata dalam pemilihan OSIS, Selasa (10/12/2019). Sebelum melakukan pemilihan, para kandidat OSIS diperkenankan untuk berkampanye. Pada saat itu mereka tampil pada panggung yang sudah dipersipakan untuk menyampaikan visi-misi.
Menariknya, dalam berkampanye, para kandidat tidak tampil sendiri. Mereka tampil bersama tim sukses dan beberapa para pendukung. 

Kampanye itu, tidak hanya memaparkan visi-misi, tetapi juga “bahasa dan aksi” persuasif untuk menyakinkan para pendukung dan calon pemilih. Semisal, ada beberapa kandidat yang memanfaatkan potensi beberapa temannya untuk menghibur para pemilih. Selesai menyampaikan visi-misi misalnya, kesempatan diberikan kepada teman-teman pendukungnya untuk membawakan acara, seperti lagu rapp dan atau beatbox.

Repper (Jacket Merah) Pendukung Pasangan Noventus Tawer dan Rikardo Hae Sedang Menghibur Para Pendukungnya dalam Acara Kampanye, di Hall Sekolah, Selasa (10/12/2019).
Pemilihan berlangsung setelah semua kandidat berkampanye. Kelas-kelas menjadi bilik suara. Setiap siswa pemilih masuk ke dalam kelas masing-masing. Pada setiap bilik suara, ditempatkan pengawas dan saski. Pengawas dan saksi adalah siswa/siswi kelas IX selaku pengurus lama. Menariknya, tak ditemukan kecurangan atau huru-hara tidak jelas dalam proses pemilihan itu. Tertib. Pemilihan itu berakhir alot dan demokratis. 

Setelah pemilihan, langsung perhitungan suara yang diawasi oleh dewan guru. Kemudian hasilnya langsung dipubikasikan. 

Usai pembacaan hasil pemiliahan dan penentuan Ketua dan Wakil OSIS terpilih, para siswa goyang bersama di hall sekolah. Teriakan dukungan terhadap satu pasangan calon dan lontaran pesimis terhadap pasangan lain saat berkampanye tak terdengar saat ini. Para calon OSIS, yang terpilih dan yang tidak terpilih goyang bersama. Demikian para pendukung. Yah, boleh dibilang para kandidat ini seperti Jokowi dan Prabowo.

Kepada argumentasi.com, Pembina OSIS, Merry Oratmangun, mengatakan “proses pemilihan selalu berlangsung seperti ini. Ada proses seleksi oleh para guru, kamapanye, kemudian pemilihan”. Hemat penulis, yang adalah tim pengajar pada SMP SPvD, kegiatan pemilihan seperti ini sangat positif. Kegiatan ini mengajarkan para siswa banyak hal tentang arti kompetisi yang demokratis.

Kompetisi yang demokratis selalu diungguli oleh suara mayoritas. Bahwa, kemenangan itu berdasarkan suara mayoritas, bukan berdasarkan nafsu berkuasa dan imjinasi sendiri. Para pelajar diajar untuk lapang menerima kekalahan. 


Yulius R. Haryatno

      
Previous article
Next article

2 Comments to

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel