Ads Right Header

Ziarah Natal 2018 Di Pedalaman Papua Barat

Foto dokumen pribadi
ARGUMENTASI - Saat Yesus lahir 2000-an tahun yang lalu, tiga raja dari Timur datang menyembah Tuhan di Betlehem dengan langkah kaki tak Henti. Menapaki karang dan menembusi tandusnya padang gurun. Tak ada keluhan. Juga tak ada kata lelah. 

Mereka melangkah penuh berani. Intensi langkah mereka hanya satu, yakni ingin bertemu Tuhan dan menyembah-Nya. Tak ada semarak dan hiruk-hiruk pikuk pesta pora di tempat kelahiran-Nya. Yang ada hanya suara syaduh-sembah dan pujian tulus tiga raja.

Kini, 18 Desember 2018, setelah 2000-an tahun Yesus lahir, kami putra-putri SPvD, dengan semangat, keberanian dan intensi yang sama seperti tiga Raja dari Timur, berlayar menyeberang lautan. Ingin menyembah Tuhan di tempat yang jauh. Di Merdei, Kbaupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat.

Ini bukan soal mencari semarak di tempat lain, tetapi ini lebih sebuah dorongan nurani untuk merayakan pesta kelahiran Juruselamat bersama umat di sana. 

Ingin menikmati natal dan perayaan tahun baru dalam semarak yang sederhana. Bukan dalam semarak yang mewah, semarak a la kota. Bukan dalam semarak karena letupan- letupan petasan. Tetapi, dalam semarak penuh canda, suara tawa dan nada sembah. Inilah langkah beralih menuju nuansa semarak natal dan tahun baru yang sederhana.
Ziarah ini akan sangat melekat dalam memori. Sebab ada banyak hal yang boleh dikatakan pengalaman perdana dalam ziarah ini. Mulai dari lihat tempat baru, bertemu orang- orang baru, sampai menikmati beberapa hal baru lainnya.

Merdei. Sungguh Betlehem yang kutemukan. Bagaimana tidak? Di sini, kelahiran Sang Juruselamat dinantikan dalam kebersamaan. Dan dirayakan dalam sunyi dan sederhana.

 Bayangkan! Menjelang 25 Desember 2018, tidak banyak kue natal yang dihidangkan. Dentuman lagu natalnya tidak sehebo di kota-kota atau di kampung-kampung pinggiran kota.

 Kerlap-kerlip lampu natal, juga tidak sesemarak di rumah-rumah di kota. Menariknya, tak ada barisan kandang natal di pinggir jalan. Sebab, kandang natalnya adalah kampung Merdey itu sendiri. Sungguh, natal 2018 menjadi natal paling damai dan bahagia. Sebab dirayakan dalam sunyi dan sederhana. Dinikmati dalam canda bersama. Yesus-nya disambut dalam kebersamaan.

Berbeda dengan selebrasi menyambut tahun baru 2019. Jika natal dirayakan dalam sunyi dan sederhana. 
Tutup tahun 2018/buka tahun 2019 di Merdey dirayakan dalam semarak yang sederhana. Gerbang tahun 2019 seakan dibuka dengan letupan petasan dan teriakan bunyi sensor. 

Sontak, kesenyian yang menjadi hakikat tanah Merdey hilang seketika. Kegelapan yang sering menyelimuti alamnya, juga serentak ditelan kerlap-kerlip cahaya api petasan. Sungguh, ini selebrasi buka tahun paling sengit bagi saya.
Sungguh, Merdey tempat penuh kasih.

Tak ada tikai yang membuat kami tak damai. Tak ada ucap yang membenam rasa bahagia. Letih langkah kami disambut dengan cinta.

Merdei. Sungguh, betlehem yang kami cari. Tak sia-sia, kami datang menyeberang lautan. Menembusi galak ombaknya. Menapak pada krikil dan lumpur sepanjang jalan.
Tidak sia-sialah kami tidak menyerah pada letih.

Oleh : Rudi Haryatno
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel